16 Februari 2011

BUMI KITA

Tanpa harus berbohong dan menyembunyikan fakta di tenga realita, bahwa ternyata bumi kita mengalami perubahan yang sangat dratis. Hunian yang berada di Bumi ini kian hari kian gerah, iklim pun ikut meramaikan suasana itu dengan perubahannya yang sangat tidak menentu.

Nampaknya kita tengah berada pada suasana yang berbedah dengan siatuasi yang kita rasakan pada dua atau tiga dekade yang lalu. Dewasa ini kita mengalami cura hujan yang intensitasnya tinggi, sementara dibelahan bumi lain mengalami kekeringan akibat kemarau yang panjang. Suatu wilaya mengerutu karena kesulitan mendapatkan air, sementara diwilaya lain menjerit kesusahan akibat diporak-porandakan hampasan banjir bandang. Semua fenomena ini menunjukan adanya perubahan iklim yang terjadi secara mencolok, yang mana perubahan iklim merupakan isu global yang merupakan topik pembicaraan dunia sejak diadakannya konferensi tingkat tinggi BUMI di Rio De Janeiro Brasil.

Perubahan iklim merupakan dampak dari pemanasan global itu sendiri, yang mana kedunya merupakan sebab akibat yang saling terkait, dan yang terjadi akibat aktifitas manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil, serta kegiatan yang berhubungan dengan Hutan, Pertanian dan Perternakan. Aktifitas manusia inilah secara lansung maupun tidak lansung menyebabkan perubahan komposisi alam atmosfir, yaitu peningkatan jumlah gas RUMAH KACA secara global.

Disamping pemanasan global dan perubahan iklim, masalah lingkungan dan kesehatan manusia masih terkait dengan penipisan lapisan ozon (O3), beberapa polutan (zat pencemar) memberikan kontribusi yang sama terhadap penipisan lapisan Ozon dan pemanasan global. Penipisan lapisan ozin inilah mengakibatkan masuknya sinar ultra violet yang lebih banyak ke permukaan bumi dan berbahaya bagi manusia.

Dari beberapa uraian diatas muncul sebuah pertannyaan bagaimana dengan kesehatan kita????.... pada dasarnya secara garis besar telah disentil pada uraian-uraian tersebut bahwa pemanasan global yang selama ini dituding sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim, yang mana terjadinya kenaikan suhu rata-rata permukaan Bumi dan berdampak bagi kesehatan manusia.. para Ahli memperkirakan terdapat sekitar 35 jenis penyakit infeksi baru yang timbul akibat perubahan iklim, selain itu pemanasan global berdampak pada kerusakan lingkungan sehingga terjadi banjir dan kebakaran hutan yang semunya dapat berdampak pada kesehatan manusia, karena kualitas air yang kita minum, udara yang kita hirup dan makanan yang kita makan. Dibalik itu dampak yang sangat besar yaitu meningkatnya permukaan air laut yang berdampak pada persediaan air bersi menurun, daerah yang kaya jadi miskin, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan konflik dan berlanjut pada masalah psikologi.

Mencermati realita seperti ini, siapakah yang salah dibalik peristiwas ini..???????? menerka pertannyaan ini timbul berbagai fersi jawaban yang dilahirkan, ada yang menerawang dari sudut pandang religiuitas, ada pula memandang dari tapsiran mistik dan sebagian juga mandang dari kaca mata ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi….. apakah kita hanya sebatas menerawang dan berdiri pada garis kesadaran tampa ada tindakan nyata………………….??? Keprihatinan inilah yang membuat kita semua harus peduli dan mendalami isu perubahan iklim. Isu ini sengaja diangkat untuk mengingatkan kita akan HARI BUMI INTERNASIONAL di Tahun mandatang dengan harapan aka ada tindakan nyata sebagai wujud keprihatinan dan penyelamatan bumi kita……………………..







SFENDI S. RAUAN



Surga Yang Terlupakan Di Bibir Pasifik Indonesia

Pulau Yang berada di bibir pasifk ini apalagi kalau biukan Morotai.. Morotai tempo dulu adalah sebuah pulau kecil yang sangat strategis dalam menyusun kekuatan militer semasa Perang Dunia (PD) ke-2. Bukan apa-apa, di pulau yang berada di bibir Samudra Pasifik inilah pasukan Amerika Serikat (AS) mengatur strategi militer guna menaklukkan musuh-musuhnya.



Bandar udara pun dibangun agar bisa didarati pesawat-pesawat tempur milik AS dan para sekutunya. Di bawah komando Panglima Divisi VII AS, Jenderal Douglas MacArthur yang heroik itu, sebanyak 63 batalion mendarat di Tanjung Dehegila, Morotai sejak 15 September 1944. Di situlah, jenderal berbintang empat itu menggalang kekuatan ratusan ribu pasukan dari berbagai angkatan mulai dari darat, laut, dan udara. Tujuannya, menggempur kekuatan tentara Jepang yang berkuasa di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Bagi tentara Sekutu, Bandara Morotai merupakan sistem multi pintu masuk (multi gate system) dari Pasifik. Morotai dipilih AS karena secara geografis memang sangat strategis di kawasan Asia Pasifik. Dan terbukti, Morotai mampu membawa kemenangan bagi tentara AS dalam menundukkan musuh utamanya, tentara Nippon. Padahal secara geologis, Kepu lauan Morotai rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi tektonik dan tsunami. Maklum, kawasan itu terletak pada pertemuan tiga lempeng, yakni Lempeng Australia yang bergerak ke arah selatan, serta Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik, keduanya bergerak dari arah barat.

Di Pulau Zum-zum misalnya, dulu digunakan sebagai pusat komando bagi pasukan sekutu. MacArthur pernah bermarkas di pulau yang kini secara administratif berada di Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Moratai, Provinsi Maluku Utara (Malut). Pulau yang berjarak sekitar lima mil dari Morotai itu kabarnya juga dipakai sebagai tempat persembunyian bagi pemimpin tentara Jepang, Nakamura. Di Pulau ini terdapat berbagai benda peninggalan sejarah seperti pistol, rangka pesawat tempur, mobil perang, dan lain-lain.



Wajar saja kalau para petinggi AS dan Jepang itu betah tinggal di sana. Selain cukup aman, pulau ini masih alami dan memiliki panorama pasir putih nan menawan. Keindahan dasar lautnya juga sangat memikat. Aneka jenis terumbu karang dengan berbagai jenis ikan hias penuh warna-warni menghiasi keelokan alam dasar laut. Bandara Morotai hanya menyisakan keperkasaan masa lalu. Tujuh jalur landasan pacu yang masing-masing memiliki panjang sekitar tiga kilometer (km) itu kini menjadi saksi bisu. “Hingga kini Bandara tersebut belum dimanfaatkan untuk operasional penerbangan sipil. Sayang memang, Morotai belum melayani penerbangan umum secara permanen. Kini, Bandara tersebut dijadikan pangkalan udara oleh

TNI AU yang lebih banyak dipakai untuk penerbangan militer. Kalaupun ada penerbangan sipil, itu terbatas untuk angkutan perniagaan. Padahal, kalau Morotai dijadikan bandara bagi penerbangan reguler maka berbagai kegiatan pun bakal ramai. Maklum, Morotai memiliki segudang potensi wisata, mulai dari wisata sejarah, wisata budaya, wisata bahari, sampai wisata darat. Morotai perlu dikemas menjadi daerah wisata bernuansa sejarah yang dilengkapi berbagai koleksi alat tempur sebagai simbol perjuangan tentara AS dan Jepang di kawasan itu.



Dengan begitu, banyak generasi muda dari kedua negara maju tersebut dapat bernostalgia ke Morotai dimana para leluhur mereka berjuang dengan gagah berani. Mereka pun dapat menikmati keindahan alam Morotai yang masih alami. Selain Zum-zum, kawasan indah juga terdapat di Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil, keduanya berada di Kecamatan Morotai Selatan. Di Taman Laut Dodola inilah para pelancong dapat menikmati rekreasi selam (diving) dan memancing. Maklum, kawasan ini memang terkenal dengan keindahan terumbu karang dan ikan hias. Anda juga dapat menikmati panorama pantai berpasir putih sepanjang 16 km. Sementara itu, di Pulau Ngelengele Besar dan Pulau Ngelengele Kecil (keduanya berada di Kecamatan Morotai Selatan Barat dan berjarak sekitar lima mil dari Pelabuhan Daruba, Morotai) pelancong dapat memanjakan diri menikmati pasir putih, matahari tropis, dan laut biru.

Bagi yang gemar menyelam, silakan nikmati keelokan berbagai jenis terumbu karang dan ikan hias. Di dasar laut hingga kedalaman 6-8 meter, Udang lobster yang lezat dan bergizi juga banyak ditemui di perairan ini. Tak jauh dari Morotai atau sekitar delapan mil, Anda juga dapat berkelana ke Pulau Galo-galo Kecil. Pulau yang mudah dijangkau dengan speed boat dan long boat dari Pelabuhan Daruba ini menyimpan keindahan dasar laut dan pantai pasir putih yang menawan.

Bukan hanya di laut, di darat pun Kabupaten Morotai kaya wisata alam. Sebut saja objek wisata Air Kaca di Morotai Selatan. Kawasan tersebut cocok untuk berekreasi dan olahraga. Lalu bagi penggemar wisata gua, dapat mampir di dua kecamatan, yakni Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat. Singkat kata, Kabupaten Pulau Morotai yang secara geografis berada pada koordinat 2o 00’ sampai 2o 40’ Lintang Utara dan 128o 15’ sampai 128o 40’ Bujur Timur itu memang layak menjadi kota tujuan berbagai kegiatan bisnis yang strategis. Masa depan kabupaten yang dikaruniai 33 pulau kecil, tujuh pulau di antaranya berpenghuni ini memang sangat menjanjikan jika dikelola secara serius.